Sabtu, 28 Mei 2011

kaka slank

Melihat Kaka Slank bernyanyi sambil menari di atas panggung mungkin adalah hal yang biasa. Tapi bagaimana kalau melihat Kaka menari dalam sebuah film layar lebar ? Menarik tentunya, dan hal tersebut akan kita lihat dalam sebuah film berjudul Generasi Biru yang terlaksana dalam rangakaian ulang tahun Slank yang ke 24.  
Dalam salah satu adegan di film tersebut, Kaka akan beradu kelincahan menari dengan Nadine Chandrawinata dibawah arahan seorang koreografer yang pernah menjadi penari latar Madonna dalam tur Amerika dan Eropa, Eko Supriyanto.
Memangnya nari apa sih Ka? ”Nari apa ya, nari blues kali ya, karena lagunya nuansanya blues,” tukas Kaka yang memang kerap menyanyikan lagu bernuansa blues serta rock n roll bersama Slank.
Tidak hanya bersama kakak dari Marcel serta Mischa Chandrawinata, Kaka Slank juga akan berkolaborasi dengan para mahasiswa dan mahasiswi dari Institut Seni Indonesia dalam beberapa adegan tari lainnya. “Iya waktu itu gue sempet-sempetin latihan sama mereka, dan pernah sekali gue yang dateng ke tempat mereka di Yogyakarta,” ucap Kaka.
Dalam film yang rencananya akan tayang pada Januari 2009 ini memang mencoba mempresentasikan gaya anak muda dan masa kini yang dikemas melalui performance musikal, animasi serta dokumenter. Film ini juga dibintangi oleh para personel Slank lainnya, serta disutradarai oleh Garin Nugroho.   
Lalu ketika ditanya lebih enak mana antara akting dengan nari, Kaka ternyata menjawab. “Enakan nari kali ya,” tukas Kaka. Apalagi narinya sama Nadine ya ka..(ajo)

Selasa, 24 Mei 2011

Peluang Bisnis 100% Gratis BEBAS RESIKO Kerjanya Mudah

Hai bro semua, :)
Udah pada tahu dong kalau sekarang ada banyak sekali cara untuk bisa mencari uang melalui internet. Ada yang berbayar, ada yang gratis. Kalau saya, tentu lebih suka yang gratisan, hehe :D
Terkait dengan hal itu,.. Nah... Barusan saya browsing dan menemukan sebuah situs bisnis yang menarik. Namanya <b>gajigratis.Com.</b>
Kenapa menarik? Alasannya adalah karena untuk join (bergabung) di situs tersebut biayanya Rp 0 saja, alias gratis.
Eits, tapi walaupun gratis, ini bukan berarti bahwa hasilnya juga "gratis". Bahkan hasilnya hasil yang "mahal" karena situs itu memberikan bayaran hingga Rp. 277.777.778.500,- untuk member-membernya wow hasil yang fantastis bro.
Cara kerjanya cukup mudah, kita hanya diperintahkan untuk menawarkan orang lain datang ke URL tertentu. Setiap kali orang lain bergabung dengan situs yang dituju, kita akan mendapat bayaran Komisi Jaringan Rp 25 hingga 10 level Komisi Sponsor Rp. 100,- hingga 10 level Semakin banyak kita menyebar URL-nya, semakin banyak juga komisi yang kita dapat.
Penasaran kan? Ingin join kan? Ingin tahu gimana cara kerjanya?
Ok, silakan <b>langsung join di ==> http://gajigratis.com/?ref=ryantaufik </b>
BTW, di dalam member areanya ada banyak tawaran <b>bonus ebook gratis</b> lho... bakal rugi kalau enggak join & gak ngikutin penawaran bonus-bonusnya, :)
Masih belum join? Ya ampuun... ^_^"
<b>Langsung join di sini! ==> http://gajigratis.com/?ref=ryantaufik </b>
Ok thx ya bro smua di tunggu join nya

wallpaper slank


















hari ibu,slank gelar konser gratis.

Peran seorang ibu sangat penting dalam keberhasilan anaknya. Karena itu sosok Ibu pasti akan selalu ada pada hati anak-anaknya. Slank pun mengekspresikan kecintaannya pada sang bunda dengan menggelar konser gratis di hari Ibu.
Konser tersebut digelar malam ini di Lapangan Yonif 201 Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Konser tersebut didedikasikan untuk para ibu dan dana hasil konser akan disumbangkan ke korban bencana alam Indonesia.
Konser tersebut diperkirakan akan dihadiri lebih dari 20 ribu anggota slankers. Slank pun berencana akan membawakan 20 lagu mereka untuk menghibur para slankers. Slank akan tampil beda pada konser besok, mereka pun berencana akan mengenakan kostum putih sebagai simbolik pembersihan Indonesia dari bencana, korupsi, dan lain-lain.
Menurut Kaka, sosok ibu sangatlah penting, ibu pun sangat mempengaruhi moodnya tiap hari. Jika ia sedang bersemangat itu berarti ia sedang bahagia karena bisa membuat bunda bahagia. Jika ia sedang murung berarti ia telah membuat sang bunda kecewa. Ia pun ingin terus membuat sang bunda bangga dengan hasil karyanya.

slank tidak takut manggung di DPR

Tidak banyak grup band atau penyanyi yang berani manggung di gedung DPR, hanya almarhum WS Rendra yang berani melakukannya. Setelah manggung di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK), Slank mengaku ingin manggung di Gedung DPR tempat para wakil rakyat bekerja. “Ayo siapa takut, panggungnya tinggal membalikkan kursi. Mic-nya juga sangat banyak,” kata Kaka. Slank dikenal sebagai band yang banyak memberikan aspirasinya dalam lirik lagunya. Dalam album terbarunya, kritik pada anggota dewan pun dituangkan Slank. Tak hanya anggota dewan yang jadi sasaran mereka, Ketua PSSI Nurdin Halid pun ikut disindir. Mereka tidak ragu menyampaikan protesnya atau aspirasinya untuk dunia politik atau apapun kedalam liriknya. Karena mereka bernyanyi untuk kejujuran hati.
Tahun lalu Slank gagal menggelar konser untuk merayakan ulang tahun mereka, belajar dari tahun kemarin kini mereka pun akan menggelar konser balas dendam dengan mengadakan konser besar pada 11 Desember mendatang. Sebenarnya ulang tahun Slank jatuh pada tanggal 26 Desember namun hari itu bertepatan dengan operasi lilin menyambut Natal, karena itu Slank pun menggeser hari perayaan ulang tahun mereka. “Mungkin, ini ultah Slank balas dendam. Karena tahun lalu nggak bisa terlaksana,” ujar sang bassis Ivan.
Kali ini mereka akan tampil total dengan membawakan 33 lagu dari album perdana mereka sampai album ke 18 mereka. Waaauuu namun mereka tetap tidak sendiri, ada wanita-wanita cantik yang akan menemani mereka memeriahkan konser ulang tahun mereka. Wanita cantik itu adalah Marshanda, Melly ‘SHE’, Pingkan Mambo, Paquita Wijaya dan drummer cilik JP Milenix.
“Perayaan kali ini sebagai pelepas rindu aja. Karena banyak fans dari luar kota untuk ngelihat show kita, jadi ini sebagai melepas rintangan ke Slankers. Apalagi fans dari daerah,” jelas Kaka.
Karena kejadian banyaknya perkelahian saat konser berlangsung maka Slank tidak ketinggalan untuk memikirkan segi keamanannya. Ia pun sudah mengantongi izin konser tersebut dan mereka mengerahkan setidaknya 300 personel polisi dan juga 200 keamanan swasta. Hal itu dipersiapkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Senin, 23 Mei 2011

filsafat pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Sehingga permasalahan pendidikan tidak hanya terletak pada siswa dan guru tetapi masyarakat dan pemerintah juga turut andil dalam masalah pendidikan.
Pendidikan yang dimaksud disini adalah proses belajar mengajar secara formal di lembaga pendidikan khususnya sekolah. Adapun pengertian belajar itu sendiri, salah satunya menurut Dalyono (1994:49) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan, yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan serta keterampilan dan sebagainya. Belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup, dengan kata lain melalui belajar dapat memperbaiki nasib, menggapai cita-cita yang didambakan.
Untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan arus globalisasi yang semakin hebat sehingga banyak persaingan dalam berbagai hal yang menuntut peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) terutama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berprestasi.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi siswa dala belajar. Faktor fakor itu berasal dari internal dan juga eksternal. Kita bisa mengetahui dan membedakan faktor mana saja yang bisa meningkatkan belajar siswa. Banyak kasus penyebab kegagalan studi disebabkan karena kurangnya ketidaktahuan apa saja faktor yang dapat menggagngu belajar siswa.
Keberhasilan untuk meningkatkan mutu lulusan dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang merupakan hasil dari proses belajar siswa yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu diantaranya faktor yang paling pokok yaitu minat belajar. Sedangkan minat belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern.


2.2 BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah yang akan di jelaskan nanti akan dibatasi pada masalah faktor faktor yang bisa mempengaruhi minat belajar siswa yang terdiri dari faktor internal dan juga faktor eksternal serta menjelaskan hasil observasi untuk mengetahui masalah faktor yang mengganggu belajar siswa.
2.3 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan di jelaskan nanti yaitu :
1. Apa pengertian faktor belajar ?
2. Apa saja faktor internal dalam belajar ?
3. Apa saja faktor eksternal dalam belajar ?
4. Bagaimana faktor strategi belajar dari hasil observasi ?

2.4 TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusun makalah ini :
1. Menjelaskan pengertian faktor belajar
2. Mengetahui faktor internal dalam belajar
3. Mengetahui faktor eksternal dalam belajar
4. Menjelaskan faktor strategi belajar dari hasil observasi

2.5 MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini agar kita bisa memahami faktor faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa, baik itu faktor internal dan faktor eksternal sehingga dengan itu kita bisa belajar untuk menerapkan apa saja yang dapat meningkatkan dan mengganggu belajar untuk mendapatkan nilai yang baik. Selain itu kita mendapatkan gambaran minat siswa dalam belajar dari hasil observasi ke salah satu sekolah.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FAKTOR BELAJAR
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Faktor – faktor belajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada diri pembelajar, yang dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan sesudah berada didalam proses belajar, sebab dalam makna belajar adalah adanya perubahan perilaku seseorang kearah yang lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar itu banyak jenisnya. Faktor – faktor belajar itupun dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor intern yang berasal dari dalam dan faktor ekstern atau berasal dari luar.faktor luar banyak dipengaruhi dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Antar kedua faktor itu masing masing bisa mempengaruhi seseorang untuk meningkatkan prestasinya yang diperoleh dengan cara belajar.

6
2.2 FAKTOR INTERNAL DALAM BELAJAR
Faktor internal yaitu faktor faktor yang berasal dari seseorang sendiri dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor internal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor psikologi.
1) Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah ini terdiri atas dua faktor yang mempengaruhinya antara lain: faktor kesehatan dan cacat tubuh.
1.1 Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian – bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya karena proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan – gangguan/kelainan kelainan alat inderanya serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan – ketentuan tentang bekerja,belajar, istirahat, tidur, makan olah raga, rekreasi dan ibadah.
1.2 Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu, jika hal ini terjadi maka hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatan itu.
2) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh karena

7
terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian – bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang, kelelahan ini sangat terasa pada bagia kepala dengan pusing – pusing sehingga sulit untuk konsentrasi seolah – olah otak kehabisan daya untuk bekerja.
Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara – cara sebagai berikut:
a) Tidur,
b) Istirahat,
c) Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja,
d) Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah, misalnya obat gosok,
e) Reaksi dan ibadah yang teratur,
f) Olahraga secara teratur, dan
g) Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat – syarat kesehatan (memenuhi empat sehat lima sempurna),
h) Jika kelelahan sangat serius cepat – cepat menghubungi seorang ahli, misalnya dokter, psikiater dan lain – lain.
3) Faktor psikologis
Faktor psikologis ini terdiri dari delapan faktor yang mempengaruhinya antara lain: faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan cara belajar.
3.1 Intelegensi/kecerdasan
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep – konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Kecerdasan merupakan salah satu aspek penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas normal maka secara potensial dapat mencapai prestasi yang tinggi. Namun dalam kenyataan kadang-kadang kita menjumpai murid yang mempunyai tingkat kecerdasan diatas normal tetapi prestasi belajarnya rendah sekali bahkan ada yang gagal sama sekali.

8
3.2 Perhatian
Perhatian menurut Gazali dalam buku Slameto (2003: 57) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata – mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa atau menarik, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
3.3 Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik – baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa segan – segan untuk belajar, dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan siswa.
3.4 Bakat
Bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar, akan menjadi kecakapan yang nyata. Seseorang yang tidak berbakat akan sukar untuk mempelajari sesuatu secara mendalam. Menurut Hilgard dalam buku Slameto (2003: 58)“bakat” adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Mengetahui bakat yang dimiliki siswa itu sangat penting karena dengan mengetahuinya, maka akan dapat menempatkan siswa tersebut belajar di sekolah sesuai dengan bakatnya.
3.5 Motif
Motif merupakan dorongan yang mendasari dan mempunyai setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang yang mempunyai motif belajar yang kuat. Hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,

9
sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya.
Motif yang sangat kuatlah perlu di dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan – latihan/kebiasaan – kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.
3.6 Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat – alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus – menerus, untuk itu diperlukan latihan – latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
3.7 Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah: Preparedness to respon or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
3.8 Cara belajar
Cara belajar seseorang mempunyai pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik, faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan mempengaruhi hasil yang kurang memuaskan. Ada seseorang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang cukup, cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh yang lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.
Selain itu teknik-teknik belajar perlu diperhatikan bagaimana caranya membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan dan sebagainya. Selain itu perlu diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media dan penyesuaian bahan pelajaran. Karena semua itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

10
2.3 FAKTOR EKSTERNAL DALAM BELAJAR
Faktor eksternal yaitu faktor faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor eksternal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
1) Faktor Keluarga
Faktor keluarga yang mempengaruhi belajar ini mencakup cara orang tua mendidik, relasi antara angota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

1.1 Cara Orang Tua Mendidik
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan – kepentingan dan kebutuhan – kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan – kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain – lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. 1.2 Relasi Antara anggota Keluarga
Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu apakah hubungan itu penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sebetulnya relasi antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman – hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
1.3 Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian – kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak disengaja, suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah

11
diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram, di dalam suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak kerasan/betah tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
1.4 Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuh kebutuhan pokoknya, missal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain – lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis – menulis, buku – buku dan lain – lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
1.5 Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan perhatian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas – tugas di rumah, kadang – kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya dan membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah, kalau perlu menghubungi guru anaknya untuk mengetahui perkembangannya.
1.6 Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan – kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
2) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
2.1 Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode belajar harus diusahakan yang setepat, seefisien dan seefektif mungkin, karena guru yang progresif berani mencoba metode –

12
metode yang baru, yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
2.2 Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Perlu diingat bahwa sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa, guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual.
2.3 Relasi Guru dengan Siswa
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha mempelajarinya sebaik – baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, maka ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
2.4 Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat – sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan – tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibat makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih – lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan – alasan yang tidak–tida
karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman – temannya. Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
2.5 Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah dan lain – lain. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan, agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.

13
2.6 Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
2.7 Waktu Sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi, siang, sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa, jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan, dimana siswa harus istirahat tetapi terpaksa harus masuk sekolah sehingga mereka masuk sekolah dengan keadaan mengantuk dan sebagainya. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.
2.8 Standar Pelajaran di Atas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda – beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing – masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
2.9 Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing – masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
2.10 Metode Belajar
Banyak siswa malaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat dan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu belajar, kadang – kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus – menerus, karena besok akan tes.

14
2.11 Tugas Rumah
Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan – kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, dibahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar.
3.1 Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan – kegiatan sosial, keagamaan dan lain – lain, belajarnya akan terganggu, lebih – lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
3.2 Mass Media
Yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku – buku, komik – komik dan lain – lain. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya, akan tetapi sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka dari itulah perlu kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat agar tidak terjadi salah langkah.
3.3 Teman Bergaul
Pengaruh – pengaruh dari teman bergaul siswa lebih dapat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
3.4 Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang – orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan

15
mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan oaring – orang di sekitarnya.
3.5 Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya. Misalnya bangunan rumah penduduk yang sangat sempit, lalu lintas yang membisingkan, suasana hiruk pikuk orang disekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya akan mempengaruhi gairah dan minat belajar. Sebaliknya tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar. Keadaan alam yang tenang dengan udara yang sejuk ikut mempengaruhi kesegaran jiwa murid sehingga memungkinkan hasil belajarnya akan lebih tinggi daripada lingkungan yang gaduh dengan udara yang panas dan kotor.
2.4 FAKTOR STRATEGI BELAJAR HASIL OBSERVASI
Prestasi bisa diraih melalui usaha yang disebut belajar. Belajar bagi seseorang bukanlah proses yang mudah apabila kita tidak melakukannya pada saat yang tepat dan didukung oleh situasi yang baik pula. Namun pada kenyataannya banyak faktor baik itu faktor internal maupun faktor eksternal yang banyak mempengaruhi dari kualitas belajar seseorang. Utamanya pada usia sekolah yang menuntut para siswa untuk belajar lebih giat.
Hasil observasi yang dilakukan ke salah satu sekolah yaitu SMP Muhammadiyah 06 DAU, Malang untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh dalam belajar siswa. Banyak yang menjadi faktor penentu belajar siswa baik faktor yang meningkatkan belajar siswa maupun yang mengganggu belajar siswa. Menurut ibu Nur ( guru BP SMP Muhammadiyah 06 DAU), ada faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
Daftar pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi belajar siswa :
1.faktor apa saja yang mempengaruhi belajar siswa ?
2.apa saja faktor yang berasal dari dalam ?
3.faktor apa yang berasal dari luar ?

16
4.apa saja contoh faktor internal dan eksternal?
5.faktor apa yang paling berpengaruh dalam belajar ?
Dengan banyaknya faktor yang berpengarh dalam belajar siswa maka diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Ibu Nur menjelaskan pentingnya peranan keluarga dalam kegiatan belajar, karena didalam keluargalah sesorang pertama kali belajar dan juga waktu banyak dihabiskan dalam keluarga. Jadi apabila bila minat dan dukungan sudah baik dari keluarga maka faktor internal akan mengikutinya dan berkembang pada masing masing siswa untuk meningkatkan belajarnya.
Menurut ibu Nur, beberapa faktor internal yang berpengaruh dalam belajar siswa yaitu kesehatan, perilaku siswa itu sendiri yang berupa minat, bakat, kemauan, kesiapan. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar siswa adalah faktor dari keluarga seperti masalah dari keluarga yang mempengaruhi belajar, lalu faktor dari lingkungan masyarakat seperti siswa lebih memilih melihat pertandingan sepak bola daripada belajar karena pengaruh dari teman temannya. Dari faktor sekolah lebih banyak dipengaruhi oleh gurunya.
Faktor strategi lain yang tidak kalah penting pengaruhnya dalam usaha belaja siswa yaitu dari faktor sekolah. Ibu Nur mengatakan peran gurulah yang lebih penting dari faktor sekolah lainya. Karena guru tidak hanya sekedar member ilmunya tetapi juga secara tidak langsung memberikan watak kepada siswa. Jadi dukungan dari guru sangat dibutuhkan agar siswa semangat untuk belajar. Selain itu ketika peran dari keluarga tdak bisa lagi berperan maka dari faktor sekolahlah yang harus memicu belajar siswa. Karena dari beberapa contoh yang ada, siswa yang mempunyai masalah keluarga rentan terhadap prestasinya yang dikarenakan kurangnya belajar. Dan disinalah peran dari sekolah yang harus memicu tingkat belajar siswa.
Sedangkan menurut ibu Nur faktor pendukung lainnya yaitu faktor dari lingkungan masyarakat. Jadi hasil observasi untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh didalam belajar siswa lebih dipengaruhi dari faktor keluarga karena dari keluarga akan terbentuk jati diri siswa yang akan menciptakan semangat belajar. Tetapi bila dari faktor keluarga sudah tidak baik maka peranan faktor sekolahlah yang harus menganganinya. Selain itu faktor lingkungan juga berperan dan mempengaruhi semangat belajar.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Faktor – faktor belajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada diri pembelajar, yang dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan sesudah berada didalam proses belajar, sebab dalam makna belajar adalah adanya perubahan perilaku seseorang kearah yang lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar itu banyak jenisnya. Faktor – faktor belajar itupun dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor intern yang berasal dari dalam dan faktor ekstern atau berasal dari luar.faktor luar banyak dipengaruhi dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan luar.
Faktor internal yaitu faktor faktor yang berasal dari seseorang sendiri dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor internal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor psikologi.
Faktor eksternal yaitu faktor faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor eksternal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
3.2 SARAN
Dalam karya ilmiah ini sudah dikaji dan diterangkan tentang faktor faktor yang mempengaruhi belajar. Sehingga berangkat dari itu semua ada hal yang harus diperhatikan agar

18
lebih memahami dan memperhatikan faktor apa saja yang perlu didukung untuk meningkatkan prestasi belajar melalui belajar dan faktor negative yang dapat mengganggu belajar seseorang.

filsafat pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Sehingga permasalahan pendidikan tidak hanya terletak pada siswa dan guru tetapi masyarakat dan pemerintah juga turut andil dalam masalah pendidikan.
Pendidikan yang dimaksud disini adalah proses belajar mengajar secara formal di lembaga pendidikan khususnya sekolah. Adapun pengertian belajar itu sendiri, salah satunya menurut Dalyono (1994:49) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan, yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan serta keterampilan dan sebagainya. Belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup, dengan kata lain melalui belajar dapat memperbaiki nasib, menggapai cita-cita yang didambakan.
Untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan arus globalisasi yang semakin hebat sehingga banyak persaingan dalam berbagai hal yang menuntut peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) terutama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berprestasi.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi siswa dala belajar. Faktor fakor itu berasal dari internal dan juga eksternal. Kita bisa mengetahui dan membedakan faktor mana saja yang bisa meningkatkan belajar siswa. Banyak kasus penyebab kegagalan studi disebabkan karena kurangnya ketidaktahuan apa saja faktor yang dapat menggagngu belajar siswa.
Keberhasilan untuk meningkatkan mutu lulusan dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang merupakan hasil dari proses belajar siswa yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu diantaranya faktor yang paling pokok yaitu minat belajar. Sedangkan minat belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern.


2.2 BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah yang akan di jelaskan nanti akan dibatasi pada masalah faktor faktor yang bisa mempengaruhi minat belajar siswa yang terdiri dari faktor internal dan juga faktor eksternal serta menjelaskan hasil observasi untuk mengetahui masalah faktor yang mengganggu belajar siswa.
2.3 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan di jelaskan nanti yaitu :
1. Apa pengertian faktor belajar ?
2. Apa saja faktor internal dalam belajar ?
3. Apa saja faktor eksternal dalam belajar ?
4. Bagaimana faktor strategi belajar dari hasil observasi ?

2.4 TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusun makalah ini :
1. Menjelaskan pengertian faktor belajar
2. Mengetahui faktor internal dalam belajar
3. Mengetahui faktor eksternal dalam belajar
4. Menjelaskan faktor strategi belajar dari hasil observasi

2.5 MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini agar kita bisa memahami faktor faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa, baik itu faktor internal dan faktor eksternal sehingga dengan itu kita bisa belajar untuk menerapkan apa saja yang dapat meningkatkan dan mengganggu belajar untuk mendapatkan nilai yang baik. Selain itu kita mendapatkan gambaran minat siswa dalam belajar dari hasil observasi ke salah satu sekolah.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FAKTOR BELAJAR
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Faktor – faktor belajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada diri pembelajar, yang dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan sesudah berada didalam proses belajar, sebab dalam makna belajar adalah adanya perubahan perilaku seseorang kearah yang lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar itu banyak jenisnya. Faktor – faktor belajar itupun dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor intern yang berasal dari dalam dan faktor ekstern atau berasal dari luar.faktor luar banyak dipengaruhi dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Antar kedua faktor itu masing masing bisa mempengaruhi seseorang untuk meningkatkan prestasinya yang diperoleh dengan cara belajar.

6
2.2 FAKTOR INTERNAL DALAM BELAJAR
Faktor internal yaitu faktor faktor yang berasal dari seseorang sendiri dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor internal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor psikologi.
1) Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah ini terdiri atas dua faktor yang mempengaruhinya antara lain: faktor kesehatan dan cacat tubuh.
1.1 Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian – bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya karena proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan – gangguan/kelainan kelainan alat inderanya serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan – ketentuan tentang bekerja,belajar, istirahat, tidur, makan olah raga, rekreasi dan ibadah.
1.2 Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu, jika hal ini terjadi maka hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatan itu.
2) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh karena

7
terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian – bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang, kelelahan ini sangat terasa pada bagia kepala dengan pusing – pusing sehingga sulit untuk konsentrasi seolah – olah otak kehabisan daya untuk bekerja.
Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara – cara sebagai berikut:
a) Tidur,
b) Istirahat,
c) Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja,
d) Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah, misalnya obat gosok,
e) Reaksi dan ibadah yang teratur,
f) Olahraga secara teratur, dan
g) Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat – syarat kesehatan (memenuhi empat sehat lima sempurna),
h) Jika kelelahan sangat serius cepat – cepat menghubungi seorang ahli, misalnya dokter, psikiater dan lain – lain.
3) Faktor psikologis
Faktor psikologis ini terdiri dari delapan faktor yang mempengaruhinya antara lain: faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan cara belajar.
3.1 Intelegensi/kecerdasan
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep – konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Kecerdasan merupakan salah satu aspek penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas normal maka secara potensial dapat mencapai prestasi yang tinggi. Namun dalam kenyataan kadang-kadang kita menjumpai murid yang mempunyai tingkat kecerdasan diatas normal tetapi prestasi belajarnya rendah sekali bahkan ada yang gagal sama sekali.

8
3.2 Perhatian
Perhatian menurut Gazali dalam buku Slameto (2003: 57) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata – mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa atau menarik, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
3.3 Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik – baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa segan – segan untuk belajar, dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan siswa.
3.4 Bakat
Bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar, akan menjadi kecakapan yang nyata. Seseorang yang tidak berbakat akan sukar untuk mempelajari sesuatu secara mendalam. Menurut Hilgard dalam buku Slameto (2003: 58)“bakat” adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Mengetahui bakat yang dimiliki siswa itu sangat penting karena dengan mengetahuinya, maka akan dapat menempatkan siswa tersebut belajar di sekolah sesuai dengan bakatnya.
3.5 Motif
Motif merupakan dorongan yang mendasari dan mempunyai setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang yang mempunyai motif belajar yang kuat. Hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,

9
sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya.
Motif yang sangat kuatlah perlu di dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan – latihan/kebiasaan – kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.
3.6 Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat – alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus – menerus, untuk itu diperlukan latihan – latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
3.7 Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah: Preparedness to respon or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
3.8 Cara belajar
Cara belajar seseorang mempunyai pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik, faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan mempengaruhi hasil yang kurang memuaskan. Ada seseorang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang cukup, cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh yang lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.
Selain itu teknik-teknik belajar perlu diperhatikan bagaimana caranya membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan dan sebagainya. Selain itu perlu diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media dan penyesuaian bahan pelajaran. Karena semua itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

10
2.3 FAKTOR EKSTERNAL DALAM BELAJAR
Faktor eksternal yaitu faktor faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor eksternal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
1) Faktor Keluarga
Faktor keluarga yang mempengaruhi belajar ini mencakup cara orang tua mendidik, relasi antara angota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

1.1 Cara Orang Tua Mendidik
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan – kepentingan dan kebutuhan – kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan – kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain – lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. 1.2 Relasi Antara anggota Keluarga
Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu apakah hubungan itu penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sebetulnya relasi antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman – hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
1.3 Suasana Rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian – kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak disengaja, suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah

11
diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram, di dalam suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak kerasan/betah tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
1.4 Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuh kebutuhan pokoknya, missal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain – lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis – menulis, buku – buku dan lain – lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
1.5 Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan perhatian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas – tugas di rumah, kadang – kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya dan membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah, kalau perlu menghubungi guru anaknya untuk mengetahui perkembangannya.
1.6 Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan – kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
2) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
2.1 Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode belajar harus diusahakan yang setepat, seefisien dan seefektif mungkin, karena guru yang progresif berani mencoba metode –

12
metode yang baru, yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
2.2 Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Perlu diingat bahwa sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa, guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual.
2.3 Relasi Guru dengan Siswa
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha mempelajarinya sebaik – baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, maka ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
2.4 Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat – sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan – tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibat makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih – lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan – alasan yang tidak–tida
karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman – temannya. Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
2.5 Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah dan lain – lain. Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan, agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.

13
2.6 Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
2.7 Waktu Sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi, siang, sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa, jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan, dimana siswa harus istirahat tetapi terpaksa harus masuk sekolah sehingga mereka masuk sekolah dengan keadaan mengantuk dan sebagainya. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.
2.8 Standar Pelajaran di Atas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda – beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing – masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
2.9 Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing – masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
2.10 Metode Belajar
Banyak siswa malaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat dan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu belajar, kadang – kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus – menerus, karena besok akan tes.

14
2.11 Tugas Rumah
Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan – kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, dibahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar.
3.1 Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan – kegiatan sosial, keagamaan dan lain – lain, belajarnya akan terganggu, lebih – lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
3.2 Mass Media
Yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku – buku, komik – komik dan lain – lain. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya, akan tetapi sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka dari itulah perlu kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat agar tidak terjadi salah langkah.
3.3 Teman Bergaul
Pengaruh – pengaruh dari teman bergaul siswa lebih dapat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
3.4 Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang – orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan

15
mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan oaring – orang di sekitarnya.
3.5 Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya. Misalnya bangunan rumah penduduk yang sangat sempit, lalu lintas yang membisingkan, suasana hiruk pikuk orang disekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya akan mempengaruhi gairah dan minat belajar. Sebaliknya tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar. Keadaan alam yang tenang dengan udara yang sejuk ikut mempengaruhi kesegaran jiwa murid sehingga memungkinkan hasil belajarnya akan lebih tinggi daripada lingkungan yang gaduh dengan udara yang panas dan kotor.
2.4 FAKTOR STRATEGI BELAJAR HASIL OBSERVASI
Prestasi bisa diraih melalui usaha yang disebut belajar. Belajar bagi seseorang bukanlah proses yang mudah apabila kita tidak melakukannya pada saat yang tepat dan didukung oleh situasi yang baik pula. Namun pada kenyataannya banyak faktor baik itu faktor internal maupun faktor eksternal yang banyak mempengaruhi dari kualitas belajar seseorang. Utamanya pada usia sekolah yang menuntut para siswa untuk belajar lebih giat.
Hasil observasi yang dilakukan ke salah satu sekolah yaitu SMP Muhammadiyah 06 DAU, Malang untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh dalam belajar siswa. Banyak yang menjadi faktor penentu belajar siswa baik faktor yang meningkatkan belajar siswa maupun yang mengganggu belajar siswa. Menurut ibu Nur ( guru BP SMP Muhammadiyah 06 DAU), ada faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
Daftar pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi belajar siswa :
1.faktor apa saja yang mempengaruhi belajar siswa ?
2.apa saja faktor yang berasal dari dalam ?
3.faktor apa yang berasal dari luar ?

16
4.apa saja contoh faktor internal dan eksternal?
5.faktor apa yang paling berpengaruh dalam belajar ?
Dengan banyaknya faktor yang berpengarh dalam belajar siswa maka diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Ibu Nur menjelaskan pentingnya peranan keluarga dalam kegiatan belajar, karena didalam keluargalah sesorang pertama kali belajar dan juga waktu banyak dihabiskan dalam keluarga. Jadi apabila bila minat dan dukungan sudah baik dari keluarga maka faktor internal akan mengikutinya dan berkembang pada masing masing siswa untuk meningkatkan belajarnya.
Menurut ibu Nur, beberapa faktor internal yang berpengaruh dalam belajar siswa yaitu kesehatan, perilaku siswa itu sendiri yang berupa minat, bakat, kemauan, kesiapan. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar siswa adalah faktor dari keluarga seperti masalah dari keluarga yang mempengaruhi belajar, lalu faktor dari lingkungan masyarakat seperti siswa lebih memilih melihat pertandingan sepak bola daripada belajar karena pengaruh dari teman temannya. Dari faktor sekolah lebih banyak dipengaruhi oleh gurunya.
Faktor strategi lain yang tidak kalah penting pengaruhnya dalam usaha belaja siswa yaitu dari faktor sekolah. Ibu Nur mengatakan peran gurulah yang lebih penting dari faktor sekolah lainya. Karena guru tidak hanya sekedar member ilmunya tetapi juga secara tidak langsung memberikan watak kepada siswa. Jadi dukungan dari guru sangat dibutuhkan agar siswa semangat untuk belajar. Selain itu ketika peran dari keluarga tdak bisa lagi berperan maka dari faktor sekolahlah yang harus memicu belajar siswa. Karena dari beberapa contoh yang ada, siswa yang mempunyai masalah keluarga rentan terhadap prestasinya yang dikarenakan kurangnya belajar. Dan disinalah peran dari sekolah yang harus memicu tingkat belajar siswa.
Sedangkan menurut ibu Nur faktor pendukung lainnya yaitu faktor dari lingkungan masyarakat. Jadi hasil observasi untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh didalam belajar siswa lebih dipengaruhi dari faktor keluarga karena dari keluarga akan terbentuk jati diri siswa yang akan menciptakan semangat belajar. Tetapi bila dari faktor keluarga sudah tidak baik maka peranan faktor sekolahlah yang harus menganganinya. Selain itu faktor lingkungan juga berperan dan mempengaruhi semangat belajar.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Faktor – faktor belajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada diri pembelajar, yang dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan sesudah berada didalam proses belajar, sebab dalam makna belajar adalah adanya perubahan perilaku seseorang kearah yang lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar itu banyak jenisnya. Faktor – faktor belajar itupun dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor intern yang berasal dari dalam dan faktor ekstern atau berasal dari luar.faktor luar banyak dipengaruhi dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan luar.
Faktor internal yaitu faktor faktor yang berasal dari seseorang sendiri dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor internal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor jasmaniah, faktor kelelahan dan faktor psikologi.
Faktor eksternal yaitu faktor faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor eksternal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
3.2 SARAN
Dalam karya ilmiah ini sudah dikaji dan diterangkan tentang faktor faktor yang mempengaruhi belajar. Sehingga berangkat dari itu semua ada hal yang harus diperhatikan agar

18
lebih memahami dan memperhatikan faktor apa saja yang perlu didukung untuk meningkatkan prestasi belajar melalui belajar dan faktor negative yang dapat mengganggu belajar seseorang.

malam minggu lagi

Slank - Malam Minggu Lagi

Intro : Em G EM G

Em G
Malam minggu datang lagi kasihku ga disini
Em
Ku coba membunuh sepi
G
Malam tambah dingin dan sunyi aku cuma sendiri

Interlude : Em G

Em
Malam minggu nongkrong lagi
G
Ku cari temen biar ga sendiri
Em
Tapi semua udah punya janji
G
Dan satu-satu mereka pun mulai pergi

Reff :
Em G F#M
Malam minggu datang lagi
C Bm
Malam yang bosan lagi
Em G F#m
Malam mingu, ma malam mingu datang lagi
C Bm
Malam minggu yang sepi
Em
Malam minggu sendiri

Interlude : Em G Em G

Em G
Malam minggu datang lagi sering aku begini
Em G
Penuh unek-unek di dalam hati ku pendam sendiri
Em
Malam minggu yang kali ini
G
Masa bodo aku ga peduli
Em
Sama gitar temani bernyanyi
G
Teriak-teriak sampai pagi menghibur diri

Balik ke Reff
Interlude : Em G Em G 2x
Balik ke Reff 2x
Coda : Em G Em G


Lirik dan chord Slank - Malam Minggu Lagi berasal dari blogmusikku.blogspot.com

perubahan sosial dan kebudayaan

BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam buku "Primitive Cultur" karangan E.B.Tylor dikutip oleh Prof. Harsojo (1967:13),
bahwa kebudayaan adalah satu keseluruhan yang kompleks, yang terkandung didalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan yang lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat.
R.Linton (1947) dalam bukunya "The cultural background of personality" mengatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil-hasil dari tingkah laku, yang unsur-unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.
Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai keseluruhan bentuk kesenian, yang meliputi sastra, musik, pahat/ukir, rupa, tari, dan berbagai bentuk karya cipta yang mengutamakan keindahan (estetika) sebagai kebutuhan hidup manusia.
Pihak lain mengartikan kebudayaan sebagai lambang, benda atau obyek material yang mengandung nilai tertentu. Lambang ini dapat berbentuk gerakan, warna, suara atau aroma yang melekat pada lambang itu. Masyarakat tertentu (tidak semua) memberi nilai pada warna hitam sebagai lambang duka cita, suara lembut (tutur kata) melambangkan kesopanan (meskipun didaerah lain suara lantang berarti keterbukaan), dan seterusnya.
Koentjaraningrat (1982) memperinci kebudayaan kedalam tiga wujud dari keseluruhan hasil budi dan karya manusia, yaitu:
 sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya;
 sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan manusia dalam masyarakat;
 sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Abdulkadir Muhammad (1987), menyebutkan tiga unsur budaya dalam diri manusia, yaitu:

 Unsur cipta (budi), berkenaan dengan akal (rasio), yang menimbulkan ilmu dan teknologi (science and technology). Dengan akal itu manusia menilai mana yang benar dan mana yang tidak benar menurut kenyataan yang diterima oleh akal (nilai kebenaran atau nilai kenyataan).
 Unsur rasa (Estetika), yang menimbulkan kesenian, dengan rasa itu manusia menilai mana yang indah dan mana yang tidak indah (nilai keindahan).
 Unsur karsa (etika), yang menimbulkan kebaikan, dengan karsa itu manusia menilai mana yang baik dan mana yang tidak baik (nilai kebaikan atau nilai moral).
Secara umum kita mengakui bahwa masyarakat memiliki nilai-nilai budaya Tersendiri. Elemen-elemen budaya yang dominan dan khas bagi masyarakat itu Tertuang dalam prinsip kebudayaan(kehormatan, harga diri, perasaan malu dan bersalah jika tak mampu berprestasi), bejuluk buadek (bergelar adat atau bernama dan bergelar), memui-nyimah (ramah dan terbuka/peduli), nengah-nyappur (bermasyarakat dan bergaul), sakay-sambayan (tolong menolong).

Nilai-nilai budaya merupakan prinsip hidup yang mengandung nilai positif, oleh karena didalamnya mengandung keutamaan kedudukan terhormat dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat daerah pada dasarnya mendambakan kedudukan yang terhormat, prestasi yang gemilang, menilai harga diri dari segi etika, kesadaran moral dan kebenaran. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kehormatan dan harga diri, maka berarti masyarakat daerah mempunyai sumber daya yang besar dalam upaya menjauhkan diri dari segala sikap dan perbuatan yang tercela atau melanggar ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini nilai-nilai kebudayaan perlu dipertahankan, diterapkan dan diaktualisasikan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan formal organisasi-organisasi pemerintah.
Dalam Sosiologi nilai-nilai kehormatan itu tercermin dalam stratifikasi sosial yang terbentuk oleh karena ada yang dibanggakan. Apa yang dibanggakan itu terbatas, sedikit pemilik/penganutnya, tetapi amat dibutuhkan dalam tatanan kehidupan, sehingga seseorang atau golongan tertentu terdorong untuk mencapai strata teratas dalam kehidupan masyarakat. Sumber kehormatan itu bisa karena luas pemilikan, status sosial budaya, kesolehan beragama, pendidikan dan lain-lain (Abdul Syani, 1994).
Secara ideal upaya menjaga kehormatan dalam pergaulan kemasyarakatan adalah berlomba berbuat kebaikan dan kebenaran yang bermanfaat sesuai dengan nilai-nilai budaya yang tercermin dalam konsep kebudayaan. Sebagaimana menjaga kehormatan wanita, bahwa kalau ia mampu secara konsisten menutup auratnya, bukan justru membukanya agar popular dan banyak mendapat perhatian. Seorang wanita seharusnya dapat menjaga dirinya agar tidak kejanguh (kelihatan auratnya). Dalam Pasal 80 Kuntara Raja Niti dijelaskan bahwa "Jika ada pria atau wanita yang kesunguh (kejanguh), maka baik yang kesunguh maupun yang melihat aurat itu didenda 12 rial ke bawah menurut kedudukan orangnya". Begitu juga halnya dalam upaya penegakan wibawa pemerintah dan hukum, berarti setiap pejabat yang bersalah mesti diadili lewat saluran hukum yang berlaku secara obyektif, bukan justru menyembunyikan kesalahan demi kehormatan. Dalam Kuntara Raja Niti Pasal 161 (Ps.161 KRN), yang intinya bahwa apabila seseorang penyimbang menerima suap (sogok) agar merahasiakan perbuatan tertentu, maka atas kesalahan itu ia di hukum denda 24 rial.
Norma-norma yang berisikan keharusan, larangan, anjuran dan kebolehan dapat digunakan sebagai standar perilaku untuk dapat mempertahankan kehormatan diri dari perbuatan tercela dalam setiap usaha membangun karya-karya, memenuhi kepentingan hidup keluarga, dan berbagai perjuangan cita-cita lainnya. Bersaing secara jujur, tidak menginjak yang lain, berprofesi dengan landasan moral dan kebenaran. Lebih baik bekerja sampingan sebagai sales dari pada harus menghalalkan segala cara demi status dan kemasyhuran Nama. Dengan demikian berarti nilai budaya pada hakekatnya merupakan simbol jatidiri yang melekat pada sikap perilaku masyarakat pada umumnya. Sebagai warga masyarakat yang dilahirkan dalam lingkungan adat dan pergaulan yang sarat dengan nilai-nilai budaya yang mengutamakan kehormatan dan harga diri telah memberikan pertanda tentang jatidiri yang khas.
BAB 1
PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL

Jika dilihat dari sistem kemasyarakatan, maka seseorang tidak terpisahkan dengan elemen-elemen lainnya, yaitu bejuluk-buadek, nemui-nyimah, nengah-nyappur, dan sakai-sambayan. Dikatakan demikian oleh karena dalam mempertahankan senantiasa elemen-elemen budaya ini saling melengkapi dan bensentuhan secara korelatif. Dan nampaknya memang popularitas jatidiri itu Akan lebih tegas dan spesifik, jika dalam kiprahnya disertai oleh potensi elemen-elemen pendukungnya. Dalam hubungannya dengan elemen bejuluk-buadek, dasar pribadi harus mampu mempertahankan nama baik, status gelar adat yang diterima sesuai dengan fungsinya dalam kehidupan masyarakat adat. Jika seseorang telah dinobatkan sebagai Sultan, Pangeran, Raja, Ratu, Raden, doman, Menak, dan sebagainya, maka konsekuensi bagi penyandangnya adalah harus mampu memberikan teladan positif kepada masyarakat. Begitu pula, jika seseorang yang mempunyai posisi tertentu dengan predikat pendidikan S1, S2 dan S3, maka seharusnya ia mampu menerapkan secara konsekuen agar kehormatan dapat dipertahankan. Dengan kemampuan menjaga Nama baik, bebarti segaligus merupakan kemampuan menjaganya.
Bejuluk-buadek secara ideal melekat pada pribadi sebagai identitas dengan Kadar yang tercermin dalam setiap perilaku dan pergaulannya dalam masyarakat. Jika identitas pribadi dapat dipelihara, dikembangkan dan diterapkan penuh dengan rasa tanggungjawab dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, maka berarti jatidiri masyarakat itu adalah mengutamakan kelestarian Nama baiknya, jauh dari cela dan nista. Jatidiri yang khas ini perlu dilestarikan dan dapat dijadikan modal dasar yang penting dalam upaya pembentukan jatidiri dan pemberdayaan masyarakat adat dalam membangun kerukunan bangsa.
Jika dikaitkan dengan prinsip Nemui-nyimah (ramah-terbuka), berarti pribadi-pribadi sebagai anggota masyarakat memiliki tanggungjawab dan keharusan untuk dapat mempertahankan, memelihara sikap dan perilaku ramah tamah, terbuka, pemurah, sopan, sukarela, ikhlas terhadap tamu atau siapa saja yang bertemu. Kepada siapa saja yang disebut tamu, kawan dekat atau pihak-pihak yang memerlukan informasi harus dilayani dengan ramah, dan berusaha agar orang lain mendapatkan kepuasan dan suka hati. Tujuan dari pemenuhan tanggung jawab ini tidak lain adalah untuk mempertahankan jati diri nya, karena salah satu ciri orang yang mempunyai sifat tersebut adalah jika ia mampu memelihara keramah-tamahannya ditengah-tengah pergaulan masyarakat. Hal ini pertanda bahwa potensi jatidiri masyarakat pada umumnya terletak pada keramah-tamahannya, baik dalam menerima tamu maupun dalam pergaulan sehari-hari. Nemui-nyimah, jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari secara konsekuen, dan tidak hanya sekedar formalitas belaka, maka konflik dapat dihindari, sehingga stabilitas sosial, kerukunan pergaulan dan ketenteraman masyarakat dapat lebih terjamin. Dengan demikian berarti elemen keramahtamahan yang dimiliki oleh masyarakat sangat berarti dalam upaya pembentukan jatidiri dan pemberdayaan masyarakat adat dalam membangun kerukunan bangsa.
Nengah-nyappur (bermasyarakat dan bergaul), juga merupakan salah satu elemen yang tidak kalah pentingnya untuk dipertahankan, apabila seseorang hendak dikatakan mempunyai kehormatan. Masyarakat yang memiliki sifat ini dapat dilihat dari luasnya cabang hubungan pergaulannya dalam masyarakat. Semakin luas pergaulannya, kesukaan bermasyarakat, kesukaan berbaur dengan segala kegiatan masyarakat yang positif, maka semakin besar kemampuannya dalam bekerjasama, semakin memiliki tenggangrasa yang tinggi terhadap sesamanya. Pergaulan yang luas dapat juga melahirkan dan menumbuh-kembangkan rasa tanggung jawab, dan mampu bermusyawarah dalam rangka mencari kesepakatan bersama. Orang-orang yang suka bermusyawarah merupakan sosok dambaan bagi masyarakat, karena dianggap dapat maju/tampil dalam setiap acara atau aktivitas, dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial secara adil dan bijaksana. Ini berarti kemampuan seseorang dalam bermasyarakat dan bergaul dapat membangun simpati masyarakat, yang sekaligus dapat mengangkat Nama baiknya dan mendudukkannya pada strata yang terhormat dalam kehidupan masyarakat. Orang-orang yang mempunyai popularitas dan keharuman Nama ini dapat dikategorikan sebagai orang-orang yang memiliki jiwa yang luhur. Hal ini berarti masyarakat tersebut pada dasarnya memiliki potensi jatidiri yang khas, yaitu suka bermasyarakat, suka bergaul dan tidak suka mengisolir diri. Apabila potensi ini dapat dipertahankan dan disesuaikan dengan kemajuan masyarakat, maka sudah sepantasnya masyarakat ini dikenal sebagai masyarakat yang adaptif dan innovatif. Oleh karena itu perilaku nengah-nyappur dapat diteladani sebagai upaya pembentukan jatidiri dan pemberdayaan masyarakat adat dalam membangun kerukunan bangsa. Elemen Sakay sambayan yang berarti suka tolong menolong terhadap sesama merupakan wujud kebersamaan dalam senang dan Susah. Tolong-menolong ini biasanya dilakukan dalam kegiatan-kegiatan pembangunan sarana umum, pembangunan rumah, acara-acara adat, pada waktu warga masyarakat terkena musibah, atau dalam rangka membangun kehidupan masyarakat secara ekonomis. Bentuk tolong menolong dapat berupa tenaga, uang atau benda yang bernilai ekonomis, peralatan dan perlengkapan, berupa sumbangan pemikiran atau nasehat-nasehat positif yang berguna, baik bagi kepentingan bersama maupun pertolongan yang khusus ditujukan kepada anggota masyarakat yang sedang dalam kesulitan. Mengajak kerjasama (setikuhan) dalam urusan pembangunan dan kemasyarakatan menunjukkan bahwa orang lain diperhitungkan dan berguna bagi kelompok atau kerabatnya. Standar nilai yang dipakai dalam pelaksanaan tolong menolong adalah moral dan keikhlasan (kerelaan) terhadap apa yang diberikan tanpa mengharapkan imbalan secara tegas sebagaimana perhitungan dalam berniaga. Suatu kebanggaan, kehormatan dan kepuasan bagi seseorang jika ia telah dapat memberikan sesuatu atau bantuan terhadap orang lain dan kerabatnya yang membutuhkan. Prinsip sakai-sambayan menunjukkan bahwa pribadi orang merasa tidak terpandang atau tidak terhormat apabila ia belum mampu berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan atau belum mampu memberikan pertolongan yang bermanfaat kepada orang lain yang membutuhkan. Kegiatan tolong menolong merupakan bagian penting atau konsekuensi yang harus dipertahankan dan dikembangkan apabila pribadi dikehendaki tetap terhormat. Orang terhormat dalam kehidupan masyarakat oleh karena Ia telah lebih dahulu menghormati norma masyarakat, atau karena Ia suka membantu atau menolong orang lain yang membutuhkan. Prinsip tolong-menolong ini merupakan sumber potensi jatidiri dan pemberdayaan masyarakat adat, oleh karena tolong menolong merupakan ciri khas kepribadian bermasyarakat yang pada dasarnya merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan bangsa pada umumnya, disamping sangat potensial dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan kerukunan masyarakat, khususnya di daerah. Mengenai budi bahasa dan titi gematie (titi=jalan, gematie= kelaziman/kebiasaan/adat) yang artinya sopan santun dan adat-istiadat, adalah salah satu elemen yang tidak kalah pentingnya dari elemen-elemen yang lain. Oleh karenanya ada sebagaian ahli budaya yang sengaja memisahkan pengertiannya secara tersendiri. Sopan santun menunjukkan pribadi seseorang yang baik, berperasaan dan suka menghormati orang lain, baik yang sebaya maupun terhadap orang yang lebih tua atau orang-orang yang patut dihormati. Orang yang memiliki kesopanan dalam bergaul, cenderung banyak disukai atau mendapatkan perlakuan dan kehormatan/penghargaan secara timbal balik yang setimpal. Mereka percaya bahwa perlakuan baik dan terhormat dari orang lain akan diperoleh setelah kita menghormati orang lain dengan sopan santun. Sedangkan titi gematie diwujudkan dalam bentuk kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri atau menempatkan diri pada porsi atau kedudukannya dalam masyarakat. Titi gematie mengandung unsur hukum adat (hukum tak tertulis) yang pada dasarnya memuat rambu-rambu larangan (sanksi), keharusan dan kebolehan dan segala kelaziman diri dalam setiap melakukan sesuatu. Meskipun seorang penyimbang pada masa sebelumnya lazim menyelipkan badik dipinggangnya dalam rapat adat, tapi pada masa sekarang jika Ia hendak mengikuti musyawarah desa tidak perlu membawa badik. Secara umum budi bahasa dan titi gematie dapat diartikan sebagai kesopanan atau tata krama yang berisikan kebaikan dan kejujuran yang berpedoman pada kelaziman dan kepantasan yang berlaku (diakui umum). Bagi orang-orang yang mampu bersopan santun sesuai dengan kebiasaan yang selama waktu tertentu diakui masyarakat, maka selama itu pula Ia berpotensi untuk mudah mendapatkan kedudukan terhormat (menjaga jatidirinya) ditengah-tengah pergaulan masyarakat. Dengan demikian berarti masyarakat tersebut mempunyai potensi jatidiri yang senantiasa menghendaki kehidupan kemasyarakatan yang teratur penuh dengan sopan santun (tata krama) yang luas. Ini sangat penting untuk diteladani dalam upaya pembentukan jatidiri dan pemberdayaan masyarakat adat dalam membangun kerukunan bangsa. Oleh karena budi bahasa dan titi gematie ini pada prakteknya dapat digolongkan kedalam elemen-elemen lainnya seperti Bejuluk-buadek, Nemui-nyimah, Nengah-nyappur, dan Sakay-sambayan, maka sebagian ahli budaya cukup beralasan untuk tidak menyorotinya secara khusus.

BAB 2
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADAT

Secara ilmiah dalam kondisi kehidupan masyarakat yang telah semakin berkembang dan modern, tentu segala aktivitas selalu diperhitungkan fungsi dan kemanfaatnya bagi kepentingan hidup manusia dalam masyarakat dengan landasan kebaikan dan kebenaran. Tidak menilai unsur kebudayaan secara subyektif, melainkan menggunakan penalaran kausalitas yang logis sesuai dengan kehendak dan kepentingan masyarakat setempat. Hal ini berarti masyarakat setempat selayaknya mampu memilih dan memberikan penilaian terhadap fungsi kebudayaan yang telah ada, dan masyarakat harus berani menolak nilai-nilai yang tidak sesuai lagi atau nilai-nilai budaya asing yang cenderung merusak prinsip kepribadian bangsa secara umum. Sikap subyektif meskipun wajar, akan tetapi tetap tunduk terhadap prinsip adat istiadat setempat. Kebiasaan asing yang menyangkut usaha pemenuhan kebutuhan hidup, seharusnya dinilai secara rasional dan obyektif baik meterial maupun spiritual. Kehidupan masyarakat sebagai suatu kondisi pergaulan yang dinamis dengan segala konsekuensinya perlu diikat dengan nilai-nilai dan makna moral yang terkandung dalam prinsip kebudayaan, agar dapat tercipta stabilitas sosial yang mantap. Nilai-nilai budaya dalam proses perubahan dan pembangunan perlu dipelihara, disulam, dibangun, dan dievaluasi secara terus menerus agar tak terjadi disintegrasi. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa biang kerok dari disintegrasi dan konflik itu adalah kemiskinan, kemerosotan moral dan ambisi berlebihan. Oleh karena itu kita harus waspada agar gerakan modernisasi dalam pembangunan segala bidang tidak berdampak negatif dan salah kaprah, agar tidak keliru menilai rasa dan makna dari kebudayaan yang ada, khususnya penerapan nilai dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa masih banyak nilai kebudayaan yang relevan dan dapat kita teladani dalam bergelut dengan kompleksitas kepentingan di abad globalisasi ini. Membawa badik atau senjata tajam, kini perlu dievaluasi secara cermat dengan pandangan yang rasional dari segi bahaya dan untung ruginya. Pada akhirnya nilai-nilai budaya sebagai prinsip hidup masyarakat pada dasarnya menyimpan harga diri dan kehormatan yang rasional yang dapat diteladani sebagai jatidiri bangsa. Bukan berarti harus melepas total nilai-nilai tradisi, karena alam rasional yang domotori oleh orang-orang berakal sering juga membuat hidupan ini menjadi rumit. Oleh karena itu kebudayaan sebagai prinsip hidup diharapkan dapat jadi pedoman bertindak, sehingga kita tak perlu terburu-buru berbicara kualitas kalau masih banyak orang yang tak puas. Salah satu cara pemeliharaannya menurut Berger (dikutip dari Slamet Rahardjo, Editor Nurdin HK., 1983) adalah dengan pendekatan kultural, sebab hanya manusia budayalah yang suatu hari bisa berhenti dari kegiatannya, lalu melihat sekitar, merenung ..., lalu timbul dalam sanubarinya desakan yang kuat untuk meninjau kembali segala yang telah dijalaninya. Lalu ia merubah sikap atau memperbaiki apa yang selama ini diyakini, atau bahkan merubah dan meninggalkannya. Dan merintis horizon keyakinan yang baru, lebih matang dan lebih memadai. Solidaritas sosial sebagaimana tersirat dalam prinsip kebudayaan diharapkan dapat mempererat persatuan dan kesatuan dalam setiap derap langkah upaya pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan. Prinsip hidup suka menjadi penengah yang adil dapat dijadikan modal dasar dalam pendekatan sosial budaya dalam rangka meningkatkan kwalitas pembangunan hukum, sosial budaya dan stabilitas masyarakat. Pendekatan fungsional juga nampaknya tidak kalah penting untuk memonitor perkembangan budaya dan pembangunan daerah, terutama jika kita hendak mengetahui keselarasan kepentingan masyarakat dengan unsur-unsur kebudayaan yang dianutnya. Dengan pendekatan ini diharapkan berbagai kegiatan dapat diarahkan, diperbaiki atau dikembangkan, unsur-unsur budaya mana yang merugikan atau menyimpang dari keharusan tuntutan stabilitas sosial, keamanan dan kesejahteraan sosial masa kini. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kebudayaan sebagai prinsip hidup masyarakat merupakan modal dasar yang sangat potensial dalam perspektif pembangunan yang tidak hanya terbatas bagi kepentingan daerah, Akan tetapi sangat penting bagi pembangunan nasional. Kita belum perlu mencari dan membentuk budaya baru, yang penting adalah meningkatkan kualitas kemanfaatannya secara rasional dan adaptif. Oleh karena masyarakat adat memiliki keragaman sifat, sikap, etnis dan kebudayaan, maka dalam pengambilan langkah kebijakan pemberdayaan masyarakat adat perlu adanya pendekatan secara strategis terhadap nilai-nilai budaya yang dianut. Berbagai keputusan diambil dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan harus benar-benar dapat memenuhi aspirasi masyarakat adat. Untuk itu dibutuhkan strategi yang efektif berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai budaya yang sesuai dengan kepribadian dan pandangan hidup masyarakat adat. Menurut Ali Moertopo (1978), strategi pada hakekatnya berarti: hal-hal yang berkenaan dengan Cara dan usaha menguasai dan mendayagunakan segala sumber daya suatu masyarakat, suatu bangsa, untuk mencapai tujuannya. Lebih lanjut Moertopo memperinci pendekatan strategis ke dalam lima ciri, yaitu:
1. Memusatkan perhatian kepada kekuatan, kepada power. Kekuatan adalah bagaikan focus pokok di dalam pendekatan strategis.
2. Memusatkan perhatian kepada analisis dinamik, analisa gerak, analisa aksi.
3. Strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Strategi memperhitungkan faktor-faktor waktu (sejarah: masa lampau, masa kini dan terutama masa depan) dan faktor lingkungan.
5. Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa-peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisa mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil, dalam rangka bergerak menuju kepada tujuan itu.

Dengan strategi pendekatan nilai-nilai budaya, diharapkan kebijakan yang akan diambil dapat melahirkan suatu keputusan yang benar-benar memperoleh dukungan masyarakat. Berbagai perbedaan diharapkan dapat disadari sebagai kekurangan, sehingga prinsip kebersamaan dan persamaan persepsi dapat dipelihara dipertahankan. Konsekuensi dari pengakuan masyarakat terhadap langkah-langkah pemberdayaan masyarakat adat yang telah direncanakan itu dapat mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan realistik. Sebaliknya jika langkah-langkah penerapan kebijakan itu tidak menyentuh kepentingan masyarakat adat, maka mereka Akan menarik diri dan membentuk Cara alternatif baru yang justeru menimbulkan konflik. Ketidakperdulian terhadap nilai-nilai budaya masyarakat dapat mengakibatkan jatuhnya derajad nilai kebudayaan sebagai pandangan hidup masyarakat. Suatu kebijaksanaan yang ideal dalam usaha pemberdayaan masyarakat adat adalah dengan memuat strategi pendekatan budaya lokal yang dapat membantu masyarakat keluar dari kesulitan, baik kesulitan waktu kini maupun kesulitan penataan masa depannya. Khususnya penataan kehidupan masa depan masyarakat adat, terutama dalam menggali dan memberdayakan potensi sikap mental mereka. Sikap mental sebagian masyarakat adat yang masih relatif tergantung dengan nilai-nilai budaya lokal dan tidak relevan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat masa kini, segera dievaluasi secara selektif. Tentu tidak merombak total atau membuangnya secara tiba-tiba dari kehidupan masyarakat, Akan tetapi secara bertahap memberdayakannya kearah sikap perilaku yang positif. Dengan kesadaran ilmiah dan bertahap upaya ini diharapkan dapat membuka tabir misteri budaya, sehingga makna dan manfaatnya dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan masyarakat. Kesadaran ilmiah merupakan faktor pendorong bagi tumbuhnya semangat dan kreativitas masyarakat untuk bersedia melakukan perubahan-perubahan terhadap tradisi-tradisi yang menghambat proses pembangunan kearah perbaikan kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan sikap mental diperluas mencakup sebagian besar golongan masyarakat dengan penekanan terhadap prinsip kebersamaan dan perjuangan atas hak-hak bersama yang berkesinambungan. Strategi ini dimaksudkan untuk memperkecil skala prioritas etos kerja yang bersifat mendahulukan hakhak individu. Suatu realitas perkembangan kehidupan masyarakat yang tidak dapat dipungkiri adalah gejala tantangan pluralistik etnis dan tekanan ekonomi yang kian mengedepan. Hal ini akhirnya berpengaruh pada terciptanya stratifikasi dan kesenjangan sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu upaya pemberdayaan masyarakat adat harus dapat menempatkan peran individu kedalam pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Memberikan tanggungjawab kemandirian kepada masyarakat berdasarkan pengalaman sendiri dapat mendorong kearah terciptanya hasil kerja dan hasil guna yang tinggi. Masyarakat perlu diarahkan pada kehidupan empiris dengan perjuangan dan kerja keras sesuai dengan tuntunan nilai-nilai luhur budaya daerah yang tertuang dalam pandangan hidupnya. Pelaksanaan pembangunan ekonomi harus dilaksanakan pada setiap lapisan masyarakat adapt secara interaktif dengan pola penyederhanaan kondisional pada setiap daerah. Spesifikasi budaya daerah merupakan acuan pendekatan strategis dalam menentukan prioritas pengembangan potensi masyarakat adat. Sasaran yang utamanya adalah melakukan persiapan mengembalikan kekuatan masyarakat melalui partisipasinya dalam pembangunan ekonomi kerakyatan. Langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh adalah:
1. melibatkan masyarakat dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan program pembangunan sebagai wujud demokrasi sosial;
2. program pembangunan yang dilegitimasi dapat memberikan jaminan terhadap prioritas hak-hak masyarakat, dan pemerataan kesempatan usaha;
3. memberdayakan sikap independensi peranserta masyarakat;
4. Membangun kemitraan dengan pemerintah, kaum intelektual, dan lembaga-lembaga terkait.
Program pemberdayaan masyarakat adat yang berwawasan ekonomi kerakyatan Akan lebih relevan dan efektif, apabila dalam realisasinya disertai dengan contoh-contoh perilaku dan perlakuan yang nyata, minimal dapat mencerminkan cara hidup yang terarah. Dalam perspektif sosiologis diharapkan hasil kemajuan itu, dapat menumbuhkan sikap perilaku individu yang tidak hanya memikirkan perbaikan nasib diri sendiri, melainkan nasib sesame anggota masyarakat adat. Titik tolak dari tujuan pemberdayaan masyarakat adat adalah usaha perbaikan kondisi kehidupan masyarakat secara material dan spiritual. Untuk mendukung upaya pencapaian tujuan ini perlu pertajaman peranan masyarakat adat dengan beberapa Cara, yaitu:



a. pematangan pemahaman masyarakat terhadap sarana material baru yang berhubungan langsung dengan teknologi baru pembangunan;
b. membentuk kebiasaan kehidupan baru yang berhubungan produk-produk baru;
c. membentuk kelompok kerja baru secara rasional ekonomis;
d. membentuk kesadaran baru yang mendukung perubahan dan modernisasi;
e. Mengupayakan kenaikan imbalan sosial ekonomis untuk menuju perbaikan kesejahteraan.
Untuk mewujudkan tujuan itu perlu mengadakan perbandingan, inventarisasi dan evaluasi secara terus menerus terhadap keberadaan aneka ragam dan perkembangan kebudayaan masyarakat. Beban pembangunan nasional merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, agen pembangunan dan masyarakat dengan meletakkan pembangunan ekonomi kerakyatan dalam skala prioritas utama. Untuk mengemban tugas itu perlu pengembangan semangat kerja keras agar masyarakat dapat memperkokoh jati dirinya sebagai bangsa yang terbuka, kreatif, inovatif dan reformatif. Hal ini perlu dibuktikan dengan prestasi-prestasi gemilang, baik perorangan maupun kelompok diberbagai bidang keahlian. Prestasi-prestasi ini dapat diperoleh melalui keberanian membela kebenaran, kesanggupan merevisi kesalahan, alih teknologi dan kerja keras sesuai dengan profesi dan keahliannya. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, perlu diadakan usaha penggalian dan pemanfatan sumber daya manusia, yaitu dengan mengikutsertakan masyarakat, mengadakan kaderisasi dan perluasan lapangan kerja. Agar tidak terjadi erosi nilai budaya dan rendahnya relevansi hasil-hasil pembangunan, maka perlu memperkuat etos kerja yang berakar dari nilai-nilai budaya. Dengan demikian diharapkan agar masyarakat memiliki kemampuan dalam menempatkan dan mempertimbangkan nilai-nilai budaya yang dapat bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan kesejahteraan hidupnya.

BAB 4
PENUTUP

Kebudayaan merupakan elemen budaya mengandung nilai positif, oleh karena didalamnya mengandung keutamaan prinsip dan kedudukan terhormat dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat pada dasarnya mendambakan kedudukan yang terhormat, prestasi yang gemilang, menilai harga diri dari segi moral dan bukan perhitungan ekonomis. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kehormatan dan hargadiri, maka berarti masyarakat mempunyai sumber daya yang besar dalam upaya menjauhkan diri dari segala sikap dan perbuatan yang tercela atau melanggar ketentuan yang berlaku. Prinsip kebudayaan perlu dipertahankan, diterapkan dan diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu nilai-nilai kebudayaan dapat dijadikan sebagai sumber potensi dalam perspektif pembangunan yang tidak hanya terbatas bagi kepentingan daerah Lampung, akan tetapi sangat penting bagi pembangunan nasional. Suatu realitas perkembangan kehidupan masyarakat yang tidak dapat dipungkiri adalah gejala tantangan pluralistik etnis dan tekanan ekonomi yang kian mengedepan. Oleh karena itu perlu adanya strategi pendekatan nilai-nilai budaya lokal sebagai dasar kebijakan yang diharapkan dapat melahirkan keputusan yang benar-benar memperoleh dukungan masyarakat. Nilai-nilai budaya lokal merupakan acuan pendekatan strategis dalam menentukan prioritas pengembangan potensi masyarakat adat. Sasaran utamanya adalah membangkitkan stamina masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Untuk ini perlu upaya pengembangan semangat kerja dan kreatifitas masyarakat agar dapat berprestasi secara gemilang. Pemberdayaan masyarakat adat yang berwawasan ekonomi kerakyatan akan lebih relevan dan efektif, apabila dalam realisasinya disertai dengan contoh yang nyata, minimal dapat mencerminkan cara hidup yang terarah. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, perlu diadakan usaha penggalian dan pemanfatan sumber daya manusia, yaitu dengan mengikutsertakan masyarakat, mengadakan kaderisasi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Syani, 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Bumi Aksara, Jakarta.
Abdulkadir Muhammad, 1987. Ilmu Budaya Dasar (IBD). Fajar Agung, Jakarta.
Ali Murtopo, 1978. Strategi Kebudayaan. Penerbit: Yayasan Proklamasi, Jakarta
Harsojo, 1967. Pengantar Antropologi. Binacipta, Bandung.
Hilman Hadikesuma, 1977. Ensiklopedia Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia.
Nurdin HK. (Editor), 1983. Perubahan Nilai-nilai di Indonesia. Alumni, Bandung.
Ralp Linton, 1947. The Cultural Background of Personality. New York.
Soekanto, Soerjono, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta.